Kumpulan Tulisan dan Berita tentang Gerakan Mahasiswa

Monday, April 03, 2006

Dilema Gerakan Mahasiswa Metropolitan

http://www.hidayatullah.com/sahid/9812/ihwal3.htm

Siapapun yang mencermati gerakan mahasiswa saat ini, terutama di Jakarta, sebenarnya sulit untuk tidak mengatakan bahwa agenda politik mahasiswa sangat bersinggungan dengan agenda politik di luar kelompok mahasiwa. Sebab, meskipun muncul pernyataan bahwa gerakan mahasiswa tidak ditunggangi, kenyataan di lapangan menunjukkan ada keterkaitan yang erat sebagian gerakan mahasiswa dengan sejumlah LSM.
Saat ini ada sejumlah gerakan mahasiswa antara lain, Forum Kota (Forkot), Forum Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Famred), Komite Mahasiswa dan Rakyat Anti Dwifungsi ABRI (Komrad), Forum Bersama (Forbes), Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jabotabek (FKSMJ), Keluarga Besar Universitas Indonesia (KBUI), Front Jakarta, Forum Salemba (Forsal), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan banyak lagi.
Massa berbagai gerakan mahasiswa ini biasanya bersifat lintas universitas. Meski demikian ada universitas tertentu yang menjadi kantong-kantong utama. Paling tidak itu terlihat pada saat penggempuran Sidang Istimewa MPR-RI yang lalu. Misalnya kelompok mahasiswa Forbes, berintikan mahasiswa Universitas Nasional dan Universitas Trisakti. Forum Kota, meskipun anggotanya dari berbagai universitas, tapi basis massanya berasal dari Universitas Kristen Indonesia dan Universitas Katolik Atmajaya.
Demikian juga Famred yang merupakan 'pecahan' dari Forkot sebagian besar massanya dari Universitas YAI Persada. Meski aspirasi gerakan mahasiswa tidak selalu seragam tetapi pola yang dipakai sering kali sama. Misalnya, Front Jakarta dan Famred yang merupakan pecahan dari Forkot, pola gerakan mereka sama dengan Forum Kota karena mereka satu induk.
Dalam pelaksanaan di lapangan koordinasi mereka tergolong rapi. Misalnya dalam menggempur DPR selama berlangsungnya sidang istimewa mereka membagi berbagi rute menuju DPR menurut kelompoknya. Misalnya Famred, Komrad dan Kobar menggempur dari jalan Diponegoro. Forkot di samping menembus dari jalan Sudirman juga menggempur dari arah Jembatan Slipi yang sebelumnya mengambil jalan memutar dari Cawang ke tol Tanjung Priok. Sedangkan FKSMJ yang bermarkas di Universitas Dr Moestopo mengambil jalan Asia Afrika dan lain-lain. Ketika melakukan aksi menolak SI, berbagai elemen gerakan mahasiswa ini sempat menyatukan diri dalam wadah yang bernama Akrab.
Keterkaitan gerakan mahasiswa dengan kelompok di luar mahasiswa yang paling mudah dilihat pada saat aksi bersama. Forbes dan Komrad misalnya sering menggelar aksi bersama dengan kelompok Aldera (Aliansi Demokrasi Rakyat, yang tokohnya Pius Lustrilanang pernah diculik), Yayasan Pijar, Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ini terlihat pada aksi di depan gedung DPR dan Taman Suropati.
Komrad dan Kobar malah sering menggunakan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sebagai posko gerakan mereka. Forkot kabarnya sering menggunakan kantor sebuah surat kabar di Jakarta sebagai tempat rapat.
Menurut Fahri Hamzah, mantan Ketua KAMMI, massa mahasiswa sebenarnya mudah diciptakan, apalagi ketika demonstrasi dan aksi massa menjadi kegiatan ekstra kuliah baru bagi mahasiswa. Karena itu untuk memperoleh massa yang berjumlah besar lebih banyak dipengaruhi isu yang dikedepankan pada saat demonstrasi berlangsung. Sementara pembuatan isu lebih banyak ditentukan oleh elit gerakan mahasiswa. Dengan kata lain, menurut Fahri, gerakan mahasiswa sangat ditentukan oleh elit mahasiswa pada kelompok itu.
Meskipun massa mahasiswa tidak berhubungan dengan kelompok di luar gerakan mahasiswa, tetapi elit mahasiswa inilah yang sering mengintrodusir ide-ide dari luar ke dalam gerakan mahasiswa. "Mereka sering mendapatkan data-data yang baru dari sejumlah LSM," tambah Fahri Hamzah. LSM merupakan institusi yang paling banyak menampung persoalan yang berkembang di masyarakat, mulai dari kasus tanah sampai korupsi mega trilyun.
Meskipun mereka nampak sering menyatu dalam berbagai aksi mahasiswa bahkan menyatukan diri dalam wadah yang bernama Akrab namun bukan berarti mereka tanpa konflik. Misalnya dalam menyikapi Deklarasi Ciganjur yang dicetuskan oleh empat tokoh yakni M Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Sri-Sultan Hamengkubuwono. Sebagian dari mereka tegas-tegas menolak deklarasi Ciganjur, karena dianggap terlalu lembek terhadap rejim Habibie.
Demikian juga pecahnya Forkot menjadi Famred dan Front Jakarta menunjukkan adanya ketidaksamaan langkah dalam gerakan mahasiswa. Sebagaimana firman Allah, "Tahsyabuhum jamiah waqulubuhum satta, mereka seakan-akan menyatu padahal hati-hati mereka tercerai-berai." ·
--Haryono

1 comment:

SEKJEN PENA 98 said...

* Di sini ada cerita
Tentang cinta
Tentang air mata
Tentang tetesan darah

Disini ada cerita
Tentang kesetiaan
Juga pengkhianatan

Disini ada cerita
Tentang mimpi yang indah
Tentang negeri penuh bunga
Cinta dan gelak tawa

Disini ada cerita
Tentang sebuah negeri tanpa senjata
Tanpa tentara
Tanpa penjara
Tanpa darah dan air mata

Disini ada cerita tentang kami yang tersisa
Yang bertahan walau terluka
Yang tak lari walau sendiri
Yang terus melawan ditengah ketakutan!

Kami ada disini
www.pena-98.com
www.adiannapitupulu.blogspot.com