Kumpulan Tulisan dan Berita tentang Gerakan Mahasiswa

Saturday, April 08, 2006

Format Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi

http://www.habibie.net/2001/Indonesia/
activities/other/2001/dil/malang_okt30.html


Malang, 30 Oktober 2000

Salah satu peran yang sangat penting dalam proses perubahan politik di Indonesia adalah peran mahasiswa dengan gerakan mahasiswanya. Perjalanan panjang Gerakan mahasiswa mencapai puncaknya pada mei 1998 dengan indikasi turunnya kekuatan otoriter dibawah kepemimpinan Soeharto.

Keberhasilan yang mengesankan ini tampaknya tidak dibarengi oleh kesiapan jangka panjang gerakan mahasiswa. Sejumlah pihak menganggap turunnya Soeharto pada Mei 1998 sebenarnya diluar prediksi semula. Soeharto terlalu cepat turun sementara konsolidasi gerakan mahasiswa sebenarnya masih amburadul.

Pasca reformasi 1998 tampak terlihat bagaimana masih amburadulnya konsolidasi gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tahap selanjutnya mengalami krisis identitas. Perbedaan visi yang muncul pada gerakan mahasiswa seringkali mengarah pada persoalan friksi-friksi yang sifatnya teknis. Kenyataan demikian menyebabkan friksi-friksi gerakan mahasiswa kehilangan arah dan bentuk.

Kehilangan arah dan bentuk format gerakan ini menyebabkan sejumlah gerakan mahasiswa harus melakukan konsolidasi internal organisasi. Konsolidasi internal ini sebagai upaya untuk mencariu format baru gerakan mahasiswa dalam konstalasi politik yang baru pula. Disamping itu konsolidasi internal ditujukan agar gerakan mahasiwa harus lebih intropeksi diri terhadap apa yang dilakukan. Upaya konsolidasi internal ini bukan berarti menegasikan dinamika politik sekitar. Tetapi konsolidasi internal ini agar lebih tepat baik secara strategis dan taktis untuk melakukan gerakan kedepan.

Pada awal reformasi terjadi konsolidasi massif melawan simbol-simbol kekeuasaan otoriter yaitu Soeharto. Perkembangan selanjutnya, gerakan mahasiswa lebih disibukkan oleh kondisi internal organisasi, tanpa melihat nilai-nilai apa yang telah digulirkan pada awal-awal reformasi yaitu untuk melakukan perubahan yang sangat mendasar yang dihadapi oleh rakyat. Artinya disini ada satu otokritik bagi elemen gerakan mahasiswa yaitu penyebaran-penyebaran yang dilakukan bukan pada masifikasi gerakan. Gerakan Mahasiswa tidak menjadi sebuah inklusifitas gerak tetapi menjadi eklusifitas gerak.

Kondisi ini terjadi karena mahasiswa tidak mempunyai konsistensi orientasi dari kondisi otoriter ke kondisi leberalisme politik. Seharusnya mahasiswa harus terus konsisten dengan orientasinya bahwa saat ini kalau dalam tataran opini tidak sampai muncul dalam konstalasi politik bukan berarti gerakan mahasiswa harus mengendap, akan tetapi ditengah pengendapan itu harus ada konsolidasi ditingkatan grasroot yaitu konsolidasi masyarakat sipil yang solid.
Agenda gerakan mahasiswa kedepan adalah ruang gerak mahasiswa harus lebih reaktif dalam mensikapi kondisi sosial masyarakat. Mahasiswa tidak perlu terjebak dalam konstalasi politik nasional sementara ia harus kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa. Perjuangan kedepan adalah bagaimana membangun kekuatan sosial masyarakat dengan melakukan kerja bareng bersama-sama rakyat. Hal ini menginggat bahwa salah satu hal yang menyebabkan terpecahnya konsolidasi gerakan mahasiswa adalah terjebak dalam arus politik nasional yang sebenarnya jauh dari kegiatan mahasiswa. Untuk itu salah satu perekat dari keberlanjutan gerakan mahasiswa adalah membangun kekuatan bersama-sama rakyat.

Penulis: unidentified

No comments: